Sabtu, 07 Januari 2012

KAITAN AL-QUR'AN DENGAN ILMU PENGETAHUAN

0 komentar
Maha Besar Allah Yang Telah Menciptakan Alam Semesta beserta Isinya,
ILMU FISIKA

PENCIPTAAN YANG BERPASANG-PASANGAN
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Al Qur`an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut "parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur`an diturunkan.

RELATIVITAS
Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur`an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur`an, 22:47)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur`an, 32:5)
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur`an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
"Allah bertanya: `Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?` Mereka menjawab: `Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.` Allah berfirman: `Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui`." (Al Qur`an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur`an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur`an adalah Kitab Suci.

ILMU BIOLOGI

CAMPURAN DALAM AIR MANI

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur`an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
"Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur`an, 76:2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini:
"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur`an, 32:7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur`an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

JENIS KELAMIN BAYI

Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur`an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur`an, 53:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur`an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur`an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.

ILMU ASTRONOMI

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA

Dalam al quran yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur`an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur`an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur`an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur`an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur`an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Read more...

AL QUR'AN SEBAGAI PENENANG HATI DAN PENYEJUK JIWA

1 komentar


PDFE-mail
  
Allah SWT mempunyai sifat Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm, maka ketika Allah SWT
menciptakan manusia Allahpun menyertakan Al-Qur’an sebagai  pedoman dan
petunjuk bagi kehidupan manusia. Al Qur’an menjelaskan sesuatu baik yang
halal atau haram, urusan-urusan agama, pekerjaan dan tempat kembali manusia,
serta menjadi petunjuk bagi hati manusia,[1] maka sudah menjadi keharusan bagi
 manusia untuk menjadikan Al Qur’an sebagai  undang-undang utama kehidupan
mereka, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan 
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
 yang berserah diri”. (QS. An-Nahl :89).[2]
Adanya tuntutan untuk menjadikan Al Qur’an sebagai way of life secara otomatis
adanya perintah untuk mengikuti Sunnah Rasulullah SAW (baca: Hadits), karena
dengan haditslah Al Qur’an dijabarkan dan dirincikan. Al Qur’an merupakan
standar yang menjadi ukuran dan tempat dasar berfikir para shahabat.
[3] Cerminan dari aplikasi Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat langsung dalam kehidupan Rasulullah SAW, karena beliaulah
 cerminan “Al Qur’an hidup” sebagai uswah hasanah bagi umatnya,
 agar mereka mengikuti kehidupan dan akhlak Rasulullah SAW.
“Sewaktu Aisyah RA ditanya tentang akhlak Rasululllah SAW, ia berkata :
 Akhlaknya adalah Al Qur’an” (HR. An Nasa’i)[4].
Al Qur’an merupakan kitab yang sempurna, mencakup segala peristiwa
 baik yang terdahulu atau yang akan datang, fenomena alam, kisah-kisah
 terdahulu, problematika manusia dan solusinya. Sebagai contoh Al Qur’an
 menceritakan tentang kegoncangan di hari kiamat dalam surat Az-Zalzalah,
 kebinasaan Fir’aun dan tentaranya yang ditenggalamkan air laut dalam
surat Yunus ayat 90. Allah SWT melalui Al Qur’an surat Al Anbiya’ ayat 35
menyebutkan bahwa setiap manusia akan mendapatkan ujian berupa ujian
 kebaikan dan keburukan (musibah).
Ketika mendapatkan musibah manusia dituntut untuk bersabar ketika
mendapatkan ujian-ujian tersebut. Musibah yang terjadi pada manusia
dan segala sesuatu yang terjadi merupakan taqdir dari Allah SWT.
Maka apabila manusia menyadari bahwa segala yang terjadi merupakan
 taqdir, maka ia akan sabar dan tenang menjalani kehidupan ini, serta
 menikmati hakikat kehidupan tersebut.[5]
Salah satu do'a yang diajarkan oleh Rasulullah saw agar jiwa kita
tenang dan tenteram adalah doa agar Al Qur'an menjadi penawar
 hati yang menghilangkan segala gundah gulana :

...?????????? ??????? ????? ???? ?????  

“…Aku memohon Engkau ya Allah dengan segala asma milik-Mu,
 yang Engkau memberi nama diri-Mu atau Engkau ajarkan kepada 
seorang makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau
 Engkau khususkan untuk diri-Mu sendiri dalam ilmu ghaib ; Hendaklah 
Engkau jadikan Al-Qur ‘an sebagai penyejuk hatiku, cahaya di dadaku,
 pelenyap duka dan kesedihanku”(HR. Ahmad 1 / 39 dan di shahihkan oleh Al-Albâni).

Read more...